Gorontalo – Sebuah dagelan memalukan dipertontonkan oleh Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Gorontalo. Di benteng intelektual, di hadapan Dekan Fakultas Ekonomi dan jajarannya, seorang pejabat BNI dengan congkak memuntahkan hinaan yang menelanjangi watak asli BUMN yang anti-kritik dan paranoid. Institusi negara yang hidup dari uang rakyat ini justru mendeklarasikan perang terhadap nalar dan nurani.
Bagaimana tidak disebut sebagai sebuah kebobrokan? Dengan mulut berbisa, pejabat tersebut merendahkan martabat mahasiswa, menyebut mereka “kecil”, tidak selevel untuk melawan BNI, dan secara absolut tidak punya hak untuk menyuarakan opini kritis di media. Ini bukan sekadar ucapan, ini adalah proklamasi tirani korporat yang menganggap diri mereka dewa tak tersentuh. Mereka lupa, BNI hanyalah pelayan, bukan penguasa.
Lebih ironis, penghinaan nista ini terjadi di panggung akademis, disaksikan langsung oleh para pendidik yang seharusnya menjadi garda terdepan penjaga akal sehat. BNI Gorontalo secara sengaja menginjak-injak marwah intelektual di depan mata para dekan dan dosen. Sebuah pesan busuk yang seolah ingin mereka sampaikan: “Persetan dengan pendidikan dan moralitas, kekuasaan kami di atas segalanya!”
Mereka salah besar. Mahasiswa bukanlah pion-pion kecil yang bisa diintimidasi. Mereka adalah alarm kebakaran ketika negara dan institusinya mulai membusuk. Fungsi mereka adalah menampar penguasa yang terlena, menelanjangi kebohongan, dan menyuarakan apa yang rakyat tak berani katakan. Melarang mahasiswa bersuara di media sama saja dengan menyumpal mulut demokrasi dan merayakan kebodohan.
BNI Gorontalo telah menunjukkan dekadensi moral yang akut. Rasa takut mereka terhadap kritik mahasiswa adalah bukti bahwa ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Alih-alih berintrospeksi, mereka memilih jalan premanisme verbal, membentengi diri dengan kesombongan dan kekuasaan semu.
Hari ini, di hadapan para akademisi, BNI Gorontalo telah menggali kuburnya sendiri. Mereka menertawakan mahasiswa, namun sesungguhnya seluruh rakyat Gorontalo sedang menertawakan kebodohan mereka. BNI boleh punya gedung megah dan tumpukan uang, tapi mahasiswa memiliki sesuatu yang tak ternilai: kebenaran dan keberanian. Dan sejarah membuktikan, tirani sekecil apa pun akan selalu tumbang di hadapan suara kebenaran.


















