Cianjur, SuaraSatu.id — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mendadak disorot publik. Sebanyak 78 siswa dari dua sekolah dilaporkan mengalami keracunan massal usai mengonsumsi makanan dari program tersebut, Senin (21/4/2025).
Data terbaru dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencatat, korban berasal dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur. Mereka saat ini tengah menjalani perawatan di RSUD Sayang Cianjur dan RS Bhayangkara dengan keluhan mual, muntah, pusing, hingga diare.
Rochady Hendra Setia Wibawa, Kepala Bidang P2P Dinkes Jabar, mengonfirmasi bahwa pihaknya tengah menyelidiki penyebab keracunan. “Sampel makanan dan muntahan korban sudah kami kirim ke Labkesda Jabar untuk uji laboratorium,” jelasnya, Selasa (22/4/2025).
Menu makanan MBG yang dikonsumsi siswa meliputi nasi, mi goreng, ayam suwir, tempe mendoan, dan buah semangka. Gejala mulai muncul sekitar pukul 13.30 WIB, beberapa jam setelah konsumsi.
Atas kejadian ini, pelaksanaan program MBG di dua sekolah tersebut dihentikan sementara. Pemerintah pun melakukan evaluasi untuk mencegah kejadian serupa.
🛑 Desakan Evaluasi Nasional
Wakil Ketua DPRD Jabar, Ono Surono, turut angkat bicara. Ia mendesak Presiden Prabowo Subianto dan Badan Gizi Nasional agar segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program MBG, yang menurutnya masih menyisakan banyak celah.
“Kasus seperti ini bukan yang pertama. Pemerintah pusat harus serius mengevaluasi kualitas dan pengawasan makanan MBG,” tegas Ono, yang juga Ketua DPD PDIP Jawa Barat.
🧑⚕️ Pemkab Turun Tangan
Sementara itu, Bupati Cianjur, Mohamad Wahyu Ferdian, langsung menjenguk para korban di IGD RSUD Sayang. Ia mengaku prihatin dan telah menginstruksikan sekolah serta fasilitas kesehatan untuk koordinasi intensif dalam penanganan kasus ini.
“Saya sedih anak-anak harus mengalami hal seperti ini. Kami akan pastikan penanganan berjalan cepat dan tepat,” ucap Wahyu.
Program MBG di Cianjur sebelumnya telah menjangkau lebih dari 36 ribu siswa di 12 satuan pendidikan. Kini, publik menanti hasil uji laboratorium sebagai penentu langkah lanjutan program yang semula bertujuan mulia: menjamin kecukupan gizi pelajar Indonesia.